16 Juli 2011

Jakarta Berlin Arts Festival



Selama 9 hari, terhitung sejak Sabtu 25 Juni sampai dengan Minggu 3 Juli 2011, saya mengikuti kegiatan seni “Jakarta Berlin Arts Festival”, di Berlin, Jerman. Dalam rangkaian acara itu, saya mengikuti banyak kegiaan seni dan sastra secara khusus. Adapun acara sastra yang melibatkan saya sebagai pemateri adalah; sarasehan di KBRI Jerman (26 Juni 2011), Workshop sastra di Universitas Humboldt dan diskusi sastra di Kulturbraurerei (Literatur Werkstatt) pada tanggal 1 Juli, serta tampil di galeri Berlin CarrĂ© Artroom, Alexanderplatz, pada hari terakhir, Sabtu 2 Juli 2011.

Berikut ini kegiatan sastra di Kedutaan Besar RI, Jerman; Literaturwerstatt Kulturbraurerei; workshop di Universitas Humboldt dan baca puisi di Artroom Alexanderplatz
























Foto terakhir ini bukan dalam rangka festival, ini adalah foto saya di sebuah tempat di Liepziq, sejenis kafe, tempat Johann Wofgang Goethe menulis puisi

08 Juli 2011

Other Old Poems: Translated by Shally Novita



NAMA BAGI RUANG, KATA BAGI WAKTU

Liburan Dimulai Hari Ini:

Dari Madrid ke Praha
dari Berlin hingga Venezia
tak kautemukan tempat bermain anak
yang pengetahuannya tentang tempat itu
adalah bertanya
tapi engkau telah menyimpan jawaban:
bahwa liburan adalah kata
untuk memberi nama sebuah ruang
yang segera ditingggalkannya

“Hari ini, liburan dimulai, Bu!”
maka hari-hari yang terlewat
berkejaran menuju masa lalu

Kapal Tak Lagi Berlayar:

Sesungguhnya engkau paham
jarak bukanlah nama bagi ruang
melainkan kata bagi waktu
yang menemukan makna di perjalanan
bukan pada dermaga yang dituju
karena itu tidak akan pernah kaujumpai
seorang nahkoda yang melipat layar
pada saat kapal telah bersandar
karena ia hanya punya satu tujuan:
mengangkutmu ke mana pun pergi
dan menghantarkanmu pulang kembali

Dan Kereta Telah Bergerak:

Setelah kauhabiskan akhir malammu
dengan Antonio’s Song dan My Way
engkau tiba di stasiun pagi sekali
ketika rel-rel baja yang belum memuai itu
bergetar oleh degup jantungmu
seiring lokomotif yang datang tanpa peluit

Tiket habis, demikian tertulis di loket
ruangan itu tak menyediakan nama
bagi peron yang ditinggal kosong
yang ada hanyalah gerbong-gerbong
bagi mereka yang hendak berangkat kerja

10/7/2003

NAME FOR SPACE, WORDS FOR TIME

Vacation Starts Today:

From Madrid to Prague
from Berlin to Venice
you do not find children's playground
whose knowledge of the place
was asking
but you have saved your answers:
vacation is a word
for calling a space
that immediately leaved

"Today, the holiday begins, Mom!"
then the days that be missed
chasing each other towards the past

Ships sailed no more:
Surely you understand
distance is not the name for the space
but the word for the time
who finds a meaning in the journey
not on the dock designated
because of that, you will never meet
a captain who folds the sail
when the ship is leaning
because he has only one goal:
taking you along to anywhere
and returned you back

And Train moves:

After you spend your evening
with Antonio's Song and My Way
you arrive at the station early
when the steel rails that have not expanded yet
vibrate by a pounding of your heart
as locomotive that arrived without whistle

Tickets sold out, so written in the booth
the room was not providing names
for the platform that was left empty
there are only compartements
for those who want to go to work


PERNIKAHAN-PUISI

Aku menikahimu:
untuk membuktikan keteguhan hati
memilih belahan jiwa
sebagaimana janji puisi
pada kata-kata

25/11/2003

WEDDING-POEM

I married you:
to prove determination
choose soul mates
as promise of the poem
to the words


SAIPIANGIN

Saipiangin,
ringankan tubuh
akulah angin
di mata badai
jangan kaukejar
kakiku seribu
menderu tak bersiru
jangan rintangi
tak ada kata henti
dalam lariku

3/06/2002

SAIPIANGIN

Saipiangin,
lightens body
I am the wind
in the eye of storm
don’t pursue me
I have thousands of feet
roaring not splatting
don’t border me
there is no stop
in my running


RUANG-WAKTU: SEBUAH INTERVAL

Di Kafe, 00:13

Gadis berwajah oval
bukan Latin, bukan Meksiko
suka R’NB, benci Flamenco
menghirup tembakau virginia
dalam-dalam
sementara alunan saksofon
sayup-sayup mendayu, sexy…
membuatnya semakin sendiri

Di kafe yang sepi pengunjung itu
seperti hatinya
dini hari selalu saja mendahului jam

Di Rumah, 02:27

Hujan telah reda, udara lembab basah
serangga muncul menghirup sampah
mencari uap tanah
sebelum panas katulistiwa merebutnya
semua peristiwa
yang tersekap di gigil tubuh
mendesah bersama keluh,
“Hanya pada-Mu aku telanjang
tapi tidak pada manusia
yang mengiraku terlelap dalam dunia.”

Di Luar Keduanya,

Orang itu, sosok lain
dua dunia, dialogis
metafora, teks jamak
pengemis yang loba
punya pilihan belajar puasa;
membenci apa yang dicinta


SPACE-TIME: AN INTERVAL

At the Cafe, 00:13

Oval-faced girl
neither Latin, nor Mexico
loves R'NB, hates Flamenco
deep inhaling a Virginian tobacco
while the strains of saxophone
grumbling faint, sexy ...
made her more lonely
In a cafe without visitors
such her heart
early days always precede time

At Home, 02:27

The rain has subsided, moist and wet air
insects appear inhaling garbage
looking for vapor of soil
before the hot equator takes it
all events
are locked in a shivering body
sigh and sigh,
"Only in front of Thee I am naked
but not to humans
which thought I sleep in the world"

Outside Both café and home

The man, another figure
two worlds, dialogue
metaphors, plural text
a greedy beggar
have a choice to learn fast;
to hate what is beloved


BAYI YANG KE-200 JUTA

Bayi yang ke-200 juta telah lahir
Haryono Suyono tampak berdebar
di dalam teve saat mengabarkan
peristiwa agung ini
kepada seluruh rakyat

Dari alam azali,
bayi yang ke¬200 juta
membawa secarik kertas yang bercerita
tentang harga pupuk, beras, semen
yang terus melonjak
juga berbagai kerusuhan yang terjadi
membawa petaka di zamannya

Bayi yang ke¬200 juta telah lahir
di antara pesta demokrasi
dalam warna¬warna bendera
dan peristiwa¬peristiwa berdarah
untuk pembangunan yang diagung-agungkan

Bayi yang ke¬200 juta telah lahir
ia menangis untuk Indonesia
karena dalam kesuciannya
sudah menanggung beban hutang negara

6/2/1997

THE 200 MILLIONth BABY

The 200 millionth baby has been born
Haryono Suyono seemed pounding
at the TV while preaching
this great event
to all people

From the eternal nature,
the 200 millionth baby
brings a piece of paper that describes
about the price of fertilizer, rice, cement
which continue to soar
also various riots that occurred
bringing up disastrous in this day

The 200 millionth baby has been born
among democracy party
in the colors of flag
and bloody incidents
for the glory of development


The 200 millionth baby has been born
he cried for Indonesia
because of in his purity
has borne the burden of national debt


CERITA KELUARGA KAMI

Alkisah, pada zaman dahulu kala
kami hidup terhomat, kaya raya
lalu malapetaka menimpa kami
dari judi ke judi, bertaruh harga diri
bangkrut menuntut kami buka usaha
menjual diri ke negeri manca
dan seperti kebanyakan cerita
kami berhasil; happy ending

Keluarga kami suka menulis kisah
tentang bencana yang datang
waktu kami berfoya-foya
rentenir meminta laba, bankir menagih bunga
menjelaskan detik berlipat usia

Selama bertahun-tahun lamanya
dituakan kolonialisme dan hutang
lalu kami gubah sebuah roman
untuk anak cucu di masa mendatang;
‘pada akhirnya,
mereka hidup berbahagia
untuk selama-lamanya’
begitulah penutup cerita

Di masa tua yang berbahagia
anak cucu kami menyusun cerita
tentang dua hobi keluarga kami
yang tak sempat ditulis sebelumnya;
menulis dan berhutang
tapi tak suka membaca dan membayar

8/2/2003

OUR FAMILY STORY

Once, in ancient times
we were honorable, wealthy
then disaster struck us
from gambling to gambling, betting on self-esteem
default demands us to open a business
sell ourselves to foreign country
and like some stories
we succeeded; happy ending

Our family loves to write stories
of a coming disaster
when we spree
moneylenders ask earnings, bankers collect interest
explain time pleated age

Over many years
getting old by colonialism and debt
then we composed a romance
for children and grandchildren in the future;
'in the end,
they live happily ever after '
that's the cover story

In the happy old age
Our grandchildren compose stories
about two of our family hobbies
that were not previously written;
writing and owe
but do not like to read and pay


SAAT AKU MENJADI RABAT

Aku adalah seorang lelaki gimbal
yang menari hingga trans
dalam notasi yang berkeluk
di antara nada
yang tergunting dalam lipatan
yang tak lengkap dalam ketukan
saat trumpet mengalun cerewet
ketika snare dipukul kencang

Itulah saat aku menjadi rabat
jalan tengah idealisme dan pasar
lalu larut dalam harmoni
di antara arus balik kakofoni
saat-saat kutemukan orisinalitas:
adzan di surau, choir di katedral

Di antara mimpi buruk pembajakan
seniman berkarya mencari sesuap makan
di saat yang lain disebut virtuoso
yang lain dihujat karena karya jiplakan
lebih aneh lagi nasib para musisi
yang populer karena akor lugu
boleh idealis tetapi dijamin tak laku

Demikianlah kisah para seniman
yang pernah singgah
di warung kopi dunia yang ramai
menggosip semalam suntuk
bahkan ada yang bertukar teori
bagaimana cara menjiplak
tetapi para penggemar tetap tak tahu

Karena itu, maka layaklah bila aku ragu
barangkali sejarah sebenarnya tak ada
kecuali cerita yang tak henti diulang-ulang
dalam lain bentuk dan lain nama

04/3/2003

WHEN I AM BEING A RABAT (DISCOUNT)

I am a dreadlocks man
who danced to tranced
in the gnarled notation between tones
which cut in folds
incomplete in a rap
when trumpet sound fussy
when snare was hit hard

That's when I became a discount
middle path of idealism and the market
then dissolved in harmony
between backflow of cacophony
I found an originality:
call to prayer from mosque, choir in the cathedral

Among nightmares of piracy
artist working for something to eat
when some people called a virtuoso
others cursed because of plagiarism
more bizarre is the fate of the musicians
popular because the innocent chord
may be idealistic but are not sell well

That is the story of the artists
who never stopped
in the world crowded coffee shop
gossiping all night long
some even exchange theories
how to cheat
but the fans still do not know

Therefore, it's worth when I doubt
perhaps there is no real history
except that a repeated story
in other forms and other names


PETAK UMPAT
—untuk Dr. Faruk

Faruk dan aku bermain kata

Pada teks aku sembunyi
ia mencariku dengan teori
aku muncul sebagai bukan
untuk mengelabuhi adalah-nya
tapi ia menemukanku
setelah membalik arah jalan pikiran

Faruk dan aku bermain kata
kami dipermainkan kata-kata

4/3/2003

HIDE AND SEEK
-for Dr. Faruk

Faruk and I play words

In the text I hide
he was looking for me with some theories
I appeared as a non
for his tricking ‘is to be’
but he found me
after turn over the direction of thought

Faruk and I play words
we are tricked by words