28 Desember 2008

SELAMAT BERHIJRAH 1430 H



ROMANSA HIJRIYAH


Aku mencium bau waktu
pada asap yang mengepulkan lelatu Alhambra
di balik punggung tanganmu
membumbung, mengikuti jejak Ibnu Malik
di sepanjang jarak dari Sevilla ke Syiria

Nabi berhijrah menuju kota Madinah
membangun Yatsrib dari kerakal kalabendu
dan dari debu di tepian Nil
saat Laut Merah mengering
Nabi Musa meninggalakan Mesir
untuk menyusun kisah-kisah penting millatu Ibrahim

Hijrah bukanlah kebetulan
melainkan rencana matang
yang memuncak dalam akhir-luar-duga
di antara alur cerita deus ex machina
karena kebetulan adalah angka merah
untuk cerita pendek
yang dipajang di koran mingguan

Mana tanganmu
dan aku akan segera menemukan bau waktu
melarung perasaan ke masa lalumu
hingga zikir yang tak lengkap
menyesakkan indra penciumanku
pada saat tersedak dalam peta leluri-leluhur
lalu lopak dalam wawasan yang makul

Aku mencium bau peta di punggung tanganmu:
bukan Tanjung Harapan dalam peta Vasco da Gama
atau lancong Jamaluddin al-Akbar al-Husain
ke jazirah Nusantara
peta yang dibaca, bukan diraba
peta data, bukan peta loka

Hijrah dari ratusan ribu mil waktu
sejarah ditulis untuk dibaca dan diterbacakan
karena peradabanmu adalah rujukan
pada saat kami sibuk memanipulasi data

Ah, julurkan tanganmu, Hijriyah!
aku pamit sekarang
aku hendak pergi berhijrah
17/3/2007

SELAMAT BERHIJRAH 1430 H



ROMANSA HIJRIYAH


Aku mencium bau waktu
pada asap yang mengepulkan lelatu Alhambra
di balik punggung tanganmu
membumbung, mengikuti jejak Ibnu Malik
di sepanjang jarak dari Sevilla ke Syiria

Nabi berhijrah menuju kota Madinah
membangun Yatsrib dari kerakal kalabendu
dan dari debu di tepian Nil
saat Laut Merah mengering
Nabi Musa meninggalakan Mesir
untuk menyusun kisah-kisah penting millatu Ibrahim

Hijrah bukanlah kebetulan
melainkan rencana matang
yang memuncak dalam akhir-luar-duga
di antara alur cerita deus ex machina
karena kebetulan adalah angka merah
untuk cerita pendek
yang dipajang di koran mingguan

Mana tanganmu
dan aku akan segera menemukan bau waktu
melarung perasaan ke masa lalumu
hingga zikir yang tak lengkap
menyesakkan indra penciumanku
pada saat tersedak dalam peta leluri-leluhur
lalu lopak dalam wawasan yang makul

Aku mencium bau peta di punggung tanganmu:
bukan Tanjung Harapan dalam peta Vasco da Gama
atau lancong Jamaluddin al-Akbar al-Husain
ke jazirah Nusantara
peta yang dibaca, bukan diraba
peta data, bukan peta loka

Hijrah dari ratusan ribu mil waktu
sejarah ditulis untuk dibaca dan diterbacakan
karena peradabanmu adalah rujukan
pada saat kami sibuk memanipulasi data

Ah, julurkan tanganmu, Hijriyah!
aku pamit sekarang
aku hendak pergi berhijrah
17/3/2007