16 Februari 2010

Lembar-Lembar Cahaya


Lembar-lembar cahaya
dibuka satu demi satu
menyibak rahasia
ke rahasia berikutnya

Dayang-dayang malam
mengipasi bumi dengan hujan buatan:
hujan bintang-bintang,
dan serbuk cahaya bulan

Aku membuka lembaran
pada halaman ke-11 almanak kamariah
rehat sejenak, seteguk dzikrayat
perjamuan untuk syaikh dari Jilan
tapi harus kubuka selembar lagi
agar tiba di tanggal lahir sang Nabi

Hai,
kini aku tiba di lembar cahaya itu
saat ada bayang-bayang tak terlihat
melintas di atas puadai bulan Maulid
mengiringmu membacakan puisi tak sembarang puisi
burdah-barzanji, puisi shalawat nabi


Shallu ‘ala Muhammad!
Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih

16/2/2010


18 komentar:

  1. shollallohu 'alaihi.....
    Memang Indah puisi2 shalawat Nabi Ya Pak...
    Kalo sayah akrabnya ama diba' dan shimtudduror,
    Kalo tentang burdah inget juga tentang sholawat mudhorriyyahnya....
    teruuus, mantab dan indah Pak, puisi sholawat nabinya...

    BalasHapus
  2. Alhamdullah, banyak kesamaan rupanya, kang a-chen! he..he..

    BalasHapus
  3. Sabelesen, itu yg disebut sarwah, ya? Apa g jatuh k soksok lagi?

    BalasHapus
  4. sabellasan laen lagi
    Sarwah itu yang medannya sering bikin selip kalau musim hujan. tadi malam saya off road lagi

    BalasHapus
  5. اللهم صل و سلم و بارك على سيدنا محمد وعلى آله و صحبه أجمعين

    BalasHapus
  6. @Partelon: makasih shalawat balasannya.

    BalasHapus
  7. sayyid alfin nuhaMinggu, 25 April, 2010

    saya sebagaipenyuka sastra dan member komunitas sastra serambi (KOSAMBHI)aku satra anda yg berjudul si bodoh dan si pintar

    BalasHapus
  8. sayyid alfin nuhaMinggu, 25 April, 2010

    Tarian Bidadari

    Dimalam yang kelam
    Aku setia duduk diserambi surau besar
    Menanti suara pemandu mengundangmu
    Tuk berkidung menari diatas panggung
    Tuk aku dengarkan

    Lewat sebuah nyanyian daru beribu-ribu
    Paduan nyanyian yang terlewati
    Tibalah suara terdengar
    Samar-samar mengundangmu bertandang ditelinga, mata, pikiran
    Mulailah lentik suara kidung tumpah dari bibir kaset menuju loudspeaker
    Nyaring, keras namun pelan

    Seribu bait sabda tersusun rapi
    membawa kerinduan
    kalimat yang terangkai dari beribu lafasdz
    membawa kesejukan
    seluruh sajak hembusan syair meluluhkan sejuta rasa
    melintang, membawa kedamaian
    ditelinga, mata, pikiran

    Dengan sebuah tarian saman
    Aku terinngat tarian ritmaikmu
    Duduk berlutut,berjajar diiringi nyanyian
    Membuat gerak-gerak telapak tangan

    Benarkah ………?
    Itu sosok bidadari katai-lampai
    Tengah menembang lagu kasmaran padaku

    Guluk-guluk, 28/04/2009

    dengan permohonan yabng sangat, tolong puisi ini. di komentari....demi kebaikan karya saya ke depan.

    BalasHapus
  9. @Sayyid AlfinNuha: Puisinya bagus, tapi lebih bagus jika tidak dikakukan oleh rima. Liris juga, manis juga.
    Lain kali, kalau minta saran puisi ke alamat email saja, ya (lihat di profil-webku), jangan di tempat komentar, dong..

    BalasHapus
  10. Kiyai Faizi. Tanyak: katanya kalau perjamuan untuk syaikh dari jilan harus diam mulutnya ketika masak ayam ya, dak boleh bicara? Adu, pertanyaan saya dak puitis, Kiyai Faizi.

    BalasHapus
  11. I like this, Kiyai Faizi. I like you too

    BalasHapus
  12. I like you as pangapora as you

    BalasHapus
  13. Hebat, luar biasa, 15-16 Desember 2008, saya pernah ikut Kongres Bahasa Madura di Pamekasan, penyaji makalah mewakili Kepala Pusat Bahasa, sangat mengesan pulau Madura itu.

    BalasHapus
  14. @Puji Santosa: terima kasih telah bertandang kemari.

    BalasHapus

* Biasakan Mengutip Sumber/Referensi
* Terima Kasih Telah Membaca/Berkomentar