Pernahkah engkau menangis untuk ayahmu?
selagi dia di dekatmu, menangislah
pikirkan semua amal kebajikanmu
lalu takarlah dengan kebaikannya
Pernahkah engkau bekerja untuk ayahmu?
selagi dia di dekatmu, berbuatlah
andai seluruh hidupmu kaupersembah
belum cukup bekerja menukar upah
Pernahkah engkau berpikir untuk ayahmu?
selagi ada kesempatan, berpikirlah
karena jika ia mendahuluimu
engkau hanya akan diganggu pikiran itu
Kini, ayahku
telah tiada
aku menangisi
kepergiannya
tapi yang
terdengar hanya tangisku
air mata yang
gemericik
meleleh,
melewati pancuran telingakuAku tak menghendaki kepergiannya
tapi maut menjemput
memberi tahu aku laksana mimpi
dan kepergian ayahku sebagai kesadarannya
Pernahkah engkau menangis untuk ayahamu?
karena ia bekerja untuk menghidupimu dan
engkau hidup tanpa berterima kasih padanya?
berpikirlah, menangislah, dan bekerjalah selagi bisa
itulah cara yang baik mencicil kebaikan
karena sesungguhnya,
seluruh hidupmu adalah utang
yang tidak mungkin lunas akan terbayar
7/12/2007
alkhamdulillah, washsholatu wassalamu 'ala rosulillah, robbighfirliy wa walidayya warkhamhuma kama robbayaniy shoghiiro
BalasHapuswashsholatu wassalamu 'ala sayyidina mukhammadin wal khamdulillahirobbil 'alamiiin...
terima kasih, A-chen
BalasHapusAyahKu juga telah meninggal lama Pak, memang mengenang jasa2nya seperti punya utang yang tak mungkin terbayar, dan biasanya yang namanya utang terkadang sayapun lupa tuk membayarnya.dan makasih sudah menjadi 'penagihnya'.
BalasHapusDuh, moga2 saja selalu bisa 'berbirrul walidain' kepadanya...
Amien
BalasHapusSilaturahim kesini ajah, kangen lihat puisinya...
BalasHapusMakasih. Belum sempat posting lagi, banyak sih puisinya... cuma belum sempat. he...he... :-(
BalasHapus