17 Agustus 2019

Rubaiyat Manaqib Kiai Syarqawi dan Annuqayah


Satu Delapan / Delapan Tujuh / di Tahun Syamsi

Datang seorang / lelaki saleh / ke tempat ini

membuat rumah / menanam dua / Sawo Manila 

Konon katanya / itulah pijak / sebagai sandi


Kiai Muham / mad As-Syarqawi / membuka tanah

awalnya kandang / dari Pak Aziz / hibah jariyah

sepetak huma / darinya jadi / asal-muasal 

bagi pondok pe / santren yang berna / ma “Annuqayah”


Dari Kudus Ki / ai Syarqawi / beliau datang 

bersama janda / Kiai Gemma / ke Perenduan 

Ngaji ke Lasem,/ Hijaz, konon ju / ga ke Pattani

Di Guluk-Guluk,/ Madura jadi / akhir jujukan


Duapuluh li / ma putra-putri / keturunannya

duabelas o / rang yang berjuang / meneruskannya

sedangkan tiga / belas lainnya / telah berpulang 

selagi kecil / dan juga belum / berkeluarga


Nyai Salehah, / Zubaidah, Jauha / ratun Naqiyah

Abdullah Siraj, / Abdullah Sajjad, / serta A'isyah

adik Kiai / Bukhari, Idris, / As’ad, dan Ilyas

Yang terakhir Ha / midah dan Hali / matus Sa’diyah


Said, Zainal A/ bidin, Sa’duddin,/ dan juga Rahmah

Jawahir, Yahya, / dan As’ad sebe / lum Qomariyah

Yasin, Abdul Ma / lik, dan Na’imah, / barulah Maryam

Mereka itu / wafat belia / juga Aminah


Dari enam ka / li pernikahan / dan istri-istri 

lahirlah banyak / anak dan cucu / putra dan putri

Merekalah yang / melanjutkan lang / kah perjuangan

berkahnya Maula / na Ja'far Shadiq / Sunan Kudusi 


Anak seberin / da menyebar ke / berbagai tempat

mengabdi dan men / jadi pengayom / rakyat dan umat

Ada petani, / dan niagawan, / juga pegawai

Tapi terbanyak / di bidang ilmu / dalam berkhidmat 


Bukan saja se / mata-mata di / Pulau Madura 

anak cucu Ki / ai Syarqawi / di mana-mana

Jawa, Sumatera, / di Sulawesi, / dan Kalimantan

bahkan tercatat / juga tinggal di / mancanegara


Di Guluk-Guluk,/ empat orang put / ra yang bermukim

Kiai Idris / di Lempong, barat / laut patobin

Kiai Ilyas, / Kiai Sajjad / Lubangsa - Latee

Nyai Aisyah / hijrah dan pindah / ke Sabajarin 


Pada tahun sem / bilan belas ti / gapuluh tiga

“Annuqayah” ba / ru disematkan / sebagai nama

artinya bersih, / namun mengandung / maksud ilmiah

karena menga / cu pada kitab / dasar agama


“Annuqayah” i / tu kitab karya / Imam Suyuthi

yang menisbatkan / Kiai Khazin / Ilyas Syarqawi

menjadi tanda / peralihan ben / tuk pengajian

ke bentuk kelas / dan pengajaran / ala madrasi


Inilah wari / san agung dan se / bagai leluri

Maka putranya / wajib mengajar / kepada santri

menyebarkan il / mu di madrasah / maupun di langgar

cara berdakwah / teladan bil-hal / itulah suri 


Kiai Idris / bangun jaringan / jauh di luar 

Kiai Ilyas / atur strategi / juga mengajar 

Kiai Sajjad / maju melawan / para penjajah

Kiai Husin / ayomi masya / rakat sekitar


Kiai Sajjad / ditembak di La / pangan Kemmisan

karena taktik / licik penjajah / sang kolonial

Darah syahidnya / menguar tajam / wangi kesturi 

para penggotong / mereka membe / ri kesaksian


Itulah jejak / perjuangan me / nuju merdeka

Satu malam pa / da Agresi Mi / liter Belanda

Di ujung tahun / Empat Tujuh mu / ramlah pesantren 

Kiai Khozin / menyusul wafat / menanggung duka  


Pahlawan pergi / membawa mati / tinggal sejarah

anak cucu tak / boleh berhenti / sampai menyerah

pendidikan dan / pengajaran ser / ta pengajian

wajib berlanjut / haram berakhir / tak boleh sudah


Wahai para san / tri Annuqayah,/ janganlah lemah!

kalian wajib / terus berjuang / tegar dan gagah

Tak boleh redup / haruslah mela / wan kebodohan 

biarlah Sang Sya / hid yang wafat me / lawan penjajah 


mfaizi @17 Agustus 2019