dibuka satu demi satu
menyibak rahasia
ke rahasia berikutnya
Dayang-dayang malam
mengipasi bumi dengan hujan buatan:
hujan bintang-bintang,
dan serbuk cahaya bulan
Aku membuka lembaran
pada halaman ke-11 almanak kamariah
rehat sejenak, seteguk dzikrayat
perjamuan untuk syaikh dari Jilan
tapi harus kubuka selembar lagi
agar tiba di tanggal lahir sang Nabi
Hai,
kini aku tiba di lembar cahaya itu
saat ada bayang-bayang tak terlihat
melintas di atas puadai bulan Maulid
mengiringmu membacakan puisi tak sembarang puisi
burdah-barzanji, puisi shalawat nabi
Shallu ‘ala Muhammad!
Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih
16/2/2010
shollallohu 'alaihi.....
BalasHapusMemang Indah puisi2 shalawat Nabi Ya Pak...
Kalo sayah akrabnya ama diba' dan shimtudduror,
Kalo tentang burdah inget juga tentang sholawat mudhorriyyahnya....
teruuus, mantab dan indah Pak, puisi sholawat nabinya...
Alhamdullah, banyak kesamaan rupanya, kang a-chen! he..he..
BalasHapusSabelesen, itu yg disebut sarwah, ya? Apa g jatuh k soksok lagi?
BalasHapussabellasan laen lagi
BalasHapusSarwah itu yang medannya sering bikin selip kalau musim hujan. tadi malam saya off road lagi
اللهم صل و سلم و بارك على سيدنا محمد وعلى آله و صحبه أجمعين
BalasHapus@Partelon: makasih shalawat balasannya.
BalasHapusGege' ongghu...
BalasHapus:-)
BalasHapusLike This!
BalasHapusOke we roll, buwel...
BalasHapussaya sebagaipenyuka sastra dan member komunitas sastra serambi (KOSAMBHI)aku satra anda yg berjudul si bodoh dan si pintar
BalasHapusTarian Bidadari
BalasHapusDimalam yang kelam
Aku setia duduk diserambi surau besar
Menanti suara pemandu mengundangmu
Tuk berkidung menari diatas panggung
Tuk aku dengarkan
Lewat sebuah nyanyian daru beribu-ribu
Paduan nyanyian yang terlewati
Tibalah suara terdengar
Samar-samar mengundangmu bertandang ditelinga, mata, pikiran
Mulailah lentik suara kidung tumpah dari bibir kaset menuju loudspeaker
Nyaring, keras namun pelan
Seribu bait sabda tersusun rapi
membawa kerinduan
kalimat yang terangkai dari beribu lafasdz
membawa kesejukan
seluruh sajak hembusan syair meluluhkan sejuta rasa
melintang, membawa kedamaian
ditelinga, mata, pikiran
Dengan sebuah tarian saman
Aku terinngat tarian ritmaikmu
Duduk berlutut,berjajar diiringi nyanyian
Membuat gerak-gerak telapak tangan
Benarkah ………?
Itu sosok bidadari katai-lampai
Tengah menembang lagu kasmaran padaku
Guluk-guluk, 28/04/2009
dengan permohonan yabng sangat, tolong puisi ini. di komentari....demi kebaikan karya saya ke depan.
@Sayyid AlfinNuha: Puisinya bagus, tapi lebih bagus jika tidak dikakukan oleh rima. Liris juga, manis juga.
BalasHapusLain kali, kalau minta saran puisi ke alamat email saja, ya (lihat di profil-webku), jangan di tempat komentar, dong..
Kiyai Faizi. Tanyak: katanya kalau perjamuan untuk syaikh dari jilan harus diam mulutnya ketika masak ayam ya, dak boleh bicara? Adu, pertanyaan saya dak puitis, Kiyai Faizi.
BalasHapusI like this, Kiyai Faizi. I like you too
BalasHapusI like you as pangapora as you
BalasHapusHebat, luar biasa, 15-16 Desember 2008, saya pernah ikut Kongres Bahasa Madura di Pamekasan, penyaji makalah mewakili Kepala Pusat Bahasa, sangat mengesan pulau Madura itu.
BalasHapus@Puji Santosa: terima kasih telah bertandang kemari.
BalasHapus