Kilatan berkas cahaya di langit
melintas rendah sehabis Maghrib
“Seorang malim segera pergi…”
Itu bukan meteor, itu bukan benda langit
hanya cahaya yang melintas dekat
selepas ghurub
Lalu, ada kala seberkas cahaya
melintas tinggi di jumantara malam
membawa curiga dalam hati
“Itu cerawat yang dibawa setan
seseorang akan buncit perutnya
lalu meninggal dengan sengsara”
Itu juga bukan benda langit
sebab, ia tak jatuh melayang ke bumi
membuat kerusakan
Kami belajar pada alam
membaca tanda duaja dan perubahan
pada angin, pada cahaya dan gelap
pada nanar, pada mimpi dan kenyataan
Pengetahuan beranak-pinak
dari pengalaman dan khayalan
kami belajar melapangkan ruang penafsiran
belakangan, sarjana-sarjana setelah kami
mencari wahyu-wahyu ilmiah
di laboratorium dan perpustakaan
Pengalaman dan khayalan
puisi dan pepindannya
merupakan leluhur kami
nenek moyang ilmu pengetahuan
25/08/2009
Duh, andai setiap orang bisa mengambil hikmah dari setiap pelajaran kejadiankejadian, lalu menjadikan pengalaman, yang kemudian bisa diartikan secara benar, mungkin semuanya akan selamat sampai tujuan, bukan?
BalasHapussaya tidak akan menjawab, saya akan berterima kasih saja :-)
BalasHapusPengalaman dan khayalan
BalasHapuspuisi dan metaforanya
aku adalah cucumu!
@Yans: terima kasih komentar pertamanya...
BalasHapusaku belajar dari pengetahuan
BalasHapustentang metamorfosa alam
aku belajar dari pengalaman dan khayalan
juga dari puisimu
Terima kasih :-)
BalasHapusBetul kata Afrizal. Puisi-puisi M. Faizi "menjernihkan bahasa". Tidak bikin ruwet. Juga tidak selalu DIJUAL. Hihi....
BalasHapus@Pangapora: Iya, tetapi juga dijual. Mari dibeli. Tunggu Oktober, ya...
BalasHapus