08 Januari 2010

Andai Ayahku Masih Ada



Pernahkah engkau menangis untuk ayahmu?
selagi dia di dekatmu, menangislah
pikirkan semua amal kebajikanmu
lalu takarlah dengan kebaikannya

Pernahkah engkau bekerja untuk ayahmu?
selagi dia di dekatmu, berbuatlah
andai seluruh hidupmu kaupersembah
belum cukup bekerja menukar upah

Pernahkah engkau berpikir untuk ayahmu?
selagi ada kesempatan, berpikirlah
karena jika ia mendahuluimu
engkau hanya akan diganggu pikiran itu

Kini, ayahku telah tiada
aku menangisi kepergiannya
tapi yang terdengar hanya tangisku
air mata yang gemericik
meleleh, melewati pancuran telingaku

Aku tak menghendaki kepergiannya
tapi maut menjemput
memberi tahu aku laksana mimpi
dan kepergian ayahku sebagai kesadarannya

Pernahkah engkau menangis untuk ayahamu?
karena ia bekerja untuk menghidupimu dan
engkau hidup tanpa berterima kasih padanya?
berpikirlah, menangislah, dan bekerjalah selagi bisa
itulah cara yang baik mencicil kebaikan
karena sesungguhnya,
seluruh hidupmu adalah utang
yang tidak mungkin lunas akan terbayar

7/12/2007

6 komentar:

  1. alkhamdulillah, washsholatu wassalamu 'ala rosulillah, robbighfirliy wa walidayya warkhamhuma kama robbayaniy shoghiiro
    washsholatu wassalamu 'ala sayyidina mukhammadin wal khamdulillahirobbil 'alamiiin...

    BalasHapus
  2. AyahKu juga telah meninggal lama Pak, memang mengenang jasa2nya seperti punya utang yang tak mungkin terbayar, dan biasanya yang namanya utang terkadang sayapun lupa tuk membayarnya.dan makasih sudah menjadi 'penagihnya'.
    Duh, moga2 saja selalu bisa 'berbirrul walidain' kepadanya...

    BalasHapus
  3. Silaturahim kesini ajah, kangen lihat puisinya...

    BalasHapus
  4. Makasih. Belum sempat posting lagi, banyak sih puisinya... cuma belum sempat. he...he... :-(

    BalasHapus

* Biasakan Mengutip Sumber/Referensi
* Terima Kasih Telah Membaca/Berkomentar