08 Maret 2019

Renungan dari Meja Makan


Tangan-tangan yang kekar
silang-sengkarut di atas meja
Cumi dan rajungan, rawon dan gulai
bagaikan aurat: kolesterin merangsang selera
Lalu sedih saat melihat pengidap gula
yang bersyahwat tapi tak kuasa

Garpu dan sendok beradu sempat
membalik, menusuk, menyuap
Terdengar gemerincing piring

Pangek Situjuah, foto: Akhyar Fuadi 
Gelas berdenting beradu genting
Cecap mulut dan serdawa
mengiringi orkestra meja makan raksasa

Pramusaji datang dan pergi
mengantar dan bergegas
Orang-orang asyik tak peduli
kecuali menyantap yang dihadapi

Dari tanah manakah ini kentang dikerat dadu?
dari Wonosobo atau kabupaten Bandung?
Seperti apakah bentuk muasalnya dahulu?
Berbentuk bulat atau runjung?

Tangan siapakah yang menyembelih?
dagingnya tebal dan lezat sekali
Adakah si jagal baca basmalah
Atau di pisau-mesinkah ia mati?

Tangan-tangan berjibaku di atas meja
silang-sengkarut di atas meja
ambil yang sini, jangkau yang sana

Makan bukanlah sekadar pesta bagi mulut
bukan pula sekadar ganjal bagi bagi perut
Ia adalah upacara atas nikmat terberi
untuk indera pencecap yang masih berfungsi
untuk tangan yang masih bisa menyuap
untuk hidung yang masih mampu mengendus
untuk mata yang masih bisa memilih
bahwa semua ini tidak datang serta-merta
Ada yang menumbuhkan, ada yang menghidupkan
dan karena itu haruslah engkau tahu
bahwa makanan adalah nyawa ibadahmu

27/2/2019


2 komentar:

* Biasakan Mengutip Sumber/Referensi
* Terima Kasih Telah Membaca/Berkomentar