Selamat pagi,
burung-burung
melalui
cericitmu, aku terima salam dari ranting nan rimbun
sebelum batang-batang
pohon ditebang untuk dibikin tisu
demi mengelap
air mataku yang menetes karenamu
Selamat pagi,
air mengalir
gemericikmu adalah
kabar baik
bahwa batu-batu
kapur masih menggunduk di balik gunung
sebelum
orang-orang membongkarnya untuk tambang
demi
pembangunan, demi kemajuan, tapi tidak demi engkau
Selamat pagi,
matahari
cahayamu adalah
kabar tentang ozon, hutan, dan hama
siklus bumi masih
baik dan bahwa iklim masih terjaga
sehingga kami
dapat begitu leluasa
membuang lebih
banyak karbon ke udara
Apa kabar, tanah?
Uar aromamu di
kala hujan pertama menyapa
adalah salam
untukku: tentang lempeng bumi yang tidak berubah
tentang
cacing-cacing yang berjuang menawarkan limbah
serta
ketabahanmu menanggung amoniak dan sampah
sehingga kami
bebas melepas hak milik untuk berpindah
Selamat pagi,
manusia
engkau bekerja
demi melangsungkan hidup
dan engkau
hidup sekadar iseng menunggu maut
Tapi,
Mengapa engkau
merusak laut?
hanya karena
engkau punya teknologi untuk menangkap ikan?
namun siapa sesungguhnya
yang memberi pakan?
Mengapa engkau meracuni
bumi?
hanya karena
engkau yang menanam demi alasan pangan?
Namun siapa sesungguhnya
yang menumbuhkan?
23/08/2017
Renungan mendalam bagi yg mengaku pecinta lingkungan namun masih jauh dari perilaku seorang pahlawan.
BalasHapusmakasih, Corn.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSalam persahabatan Lora M. Faizi
BalasHapusKaule Musawir dari Mekkasan. Samangken neptep neng e Malang.
Noro' nyambung puisi sakonni', hehe..
......
Seperti tabiat "pecinta" burung;
"Sang burung dilatih berkicau,
menari-nari di dalam sangkar"
Si "pecinta" burung, alias si pembual itu
Sebenar-benarnya adalah perampas hak hidup sang burung.
Kelak, burung itu akan mematuk dada para "pecinta"nya
Sakalangkong. Esengguni Musawwir se tokang bawa', pola toman eposting e blog settonganna
Hapushttp://kormeddal.blogspot.co.id/2010/08/hadrah-ala-ahmad-bin-talab.html
😀
HapusHehe, bunten Ra. Abdina kancana Rif Faruq Sunandar sareng Denny Mizhar.
BalasHapusKa'dinto manabi blog abdina:
Kandhilis.blogspot.co.id
baik terima kasih
BalasHapus@Ella Kartina: makasih banyak sudah sudi membaca
BalasHapus