Ottoman,
apakah kamu tahu bahwa saat ini
seorang lelaki dari desa nun jauh
sedang mengambil air dari tanahmu
untuk membasuh mukanya
berwudlu, sambil menyesap sedikit air darinya,
berharap Emre atau Hakan
mengajaknya mampir untuk minum kahve
di beranda rumahnya?
Lelaki itu, saat ini,
hendak membayar rasa bersalah
di atas sajadah, tikar lembut hasil karya negerimu
dengan kening yang basah
Malam itu,
di antara Maghrib dan Isya’
waktu istijabah, waktu terjepit asak
dia mencicil rasa syukur
menghitung ingat dan lupa
pada banyak lembar sejarah
Di mushalla kecil terpencil itu
ia mengukur jarak nikmat dan kufur
mengukur jarak menang dan kalah
jarak antara kening dan sajadah
3/07/2011
Saya lebih tertarik pada 'Emre dan Hakan' dan 'minum kopi'-nya dari pada waktu shalat-nya.
BalasHapus@Mahalli: selama kurang lebih 19 bulan, komentar Anda ini masuk ke folder spam. entah kenapa. Sekarang sudah tayang dan saya hadiahi kopi online
HapusMuantab!
BalasHapusmuantab djaya kembali, Mas Sulaiman...
BalasHapusEhm.... smeoga saya juga menjadi ia yang bisa berwudhu di Istanbul.
BalasHapus@Bernando: salam saya untuk Muazzez Abbaci, juga untuk Osman Murat Tugsuz. Kalau kesulitan menjumpai keduanya, ya, sekurang-kurangnya salam sama si penjaja kopi, Nihat Kahveci.
BalasHapusmantap.. :D
BalasHapusjarak memang sangat dekat hubungannya dengan tour & travel
BalasHapusSetelah di Turki, saya baca lagi sajak ini. Tetap nikmat. Pesan ke penjaga kopinya belum kesampaian. Tapi kalau sembarang pelayan kopi, dan semuanya cantik-cantik, akan bisa disampaikan....
BalasHapus