24 Juli 2010

Bintang-Bintang yang Gugup


Sesekali, rasanya ingin kubersihkan langit
dari serakan bintang dan nebula
lalu menyatukannya kembali dalam tangkup
dan mengucurkannya di wajahmu:
kerakal langit yang berbinar-binar

Setiap malam di alamanak puluhan
aku melihat ke atas,
menikmati langit tanpa teropong
di lingkup cahaya bulan keperakan
melihat bintang-bintang yang gugup
gugusan cahaya yang lebih kecil dari bola mata
meskipun ia lebih besar dari imajinasiku
juga pengetahuanku

Sinestesia,
demi sensasi aneh yang ingin kurasa
sesekali aku ingin mengajakmu
melihat bintang dan nebula
tidak melalui indra yang semestinya

11/03/2010



12 komentar:

  1. Mau di-google dulu, Sinestesianya...

    BalasHapus
  2. Sinestesia adalah metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indera untuk dikenakan pada indera lain.

    Contoh:* Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan.
    * Suaranya terang sekali.
    * Rupanya manis.
    * Namanya harum.

    BalasHapus
  3. I like your PUISIS, Kiyai Faizi. Saya mau copy semuanya ya. Saya mau paste di saku saya. Biyar bisa saya bawa ke mana-mana.

    BalasHapus
  4. Iya, saya sangat senang menyebut sinestesia. Meskipun kurang nyambung, saya paksakan untuk disebut dan ditulis :-) Entah, kata sinestesia tarasa manis agak asin. "Sinestia, gadis di balik jendela, hujan sore, dan malam turun lebih cepat daripada biasanya..."

    BalasHapus
  5. Kak. Mengapa kita menyukai unsur-unsur basah (hujan), temaram (sore), misterius (di balik jendela), dan kehilangan yang manis (malam turun lebih cepat)? Apa karena sampeyan dulu pernah menulis tanda DEO di jendela gadis itu? Aduh.... Komentar saya dak puitisisasi lagi Kak.... Hihihi

    BalasHapus
  6. DOE, Mas...
    iya mungkin. jadi romantasi lantas. dan jendelanya itu berderit kalau dibuka perlahan karena engselnya karatan..

    BalasHapus
  7. hihi sinestesia itu bukan nama cewek tho mas?
    klo dah baca puisi2 disini, langsung deh mikir: kenapa ya imajinasiku ga pernah nyampe?
    metaforaku sih muter2 aja disitu... ck! sebel!

    :)

    BalasHapus
  8. Sinestesia, gadis kecil yang belum tahu apa-apa. Belajar berdandan, duduk mematung di depan cermin, dengan hanya bedak sebagai perangkat kosmetik satu-satunya...

    Enno, mungkin saya menulis terlalu hati-hati. Bicara ketekunan, saya kalah jauh ditimbang dirimu. Makin hari, blog-mu makin ciamik. Yakin dan pasti.

    BalasHapus
  9. O. iya... terima kasih Izel Muhammad. Mari' silakan diambil saja, mumpung gratis dan tidak perlu membeli :-)

    BalasHapus
  10. Sajak yang begini yang membikin saya tidak jenuh datang dan bertandang (sambil ngabisin kopi) ke Dhalem jenengan hehee

    BalasHapus
  11. Betul, Bernando. Kopi adalah andalan saya. Saya tiak tahu di luar itu :-)

    BalasHapus

* Biasakan Mengutip Sumber/Referensi
* Terima Kasih Telah Membaca/Berkomentar