25 April 2010

Nenek Moyang Ilmu Pengetahuan


Kilatan berkas cahaya di langit
melintas rendah sehabis Maghrib
“Seorang malim segera pergi…”

Itu bukan meteor, itu bukan benda langit
hanya cahaya yang melintas dekat
selepas ghurub

Lalu, ada kala seberkas cahaya
melintas tinggi di jumantara malam
membawa curiga dalam hati
“Itu cerawat yang dibawa setan
seseorang akan buncit perutnya
lalu meninggal dengan sengsara”

Itu juga bukan benda langit
sebab, ia tak jatuh melayang ke bumi
membuat kerusakan

Kami belajar pada alam
membaca tanda duaja dan perubahan
pada angin, pada cahaya dan gelap
pada nanar, pada mimpi dan kenyataan

Pengetahuan beranak-pinak
dari pengalaman dan khayalan
kami belajar melapangkan ruang penafsiran
belakangan, sarjana-sarjana setelah kami
mencari wahyu-wahyu ilmiah
di laboratorium dan perpustakaan

Pengalaman dan khayalan
puisi dan pepindannya
merupakan leluhur kami
nenek moyang ilmu pengetahuan

25/08/2009


8 komentar:

  1. Duh, andai setiap orang bisa mengambil hikmah dari setiap pelajaran kejadiankejadian, lalu menjadikan pengalaman, yang kemudian bisa diartikan secara benar, mungkin semuanya akan selamat sampai tujuan, bukan?

    BalasHapus
  2. saya tidak akan menjawab, saya akan berterima kasih saja :-)

    BalasHapus
  3. Pengalaman dan khayalan
    puisi dan metaforanya
    aku adalah cucumu!

    BalasHapus
  4. @Yans: terima kasih komentar pertamanya...

    BalasHapus
  5. aku belajar dari pengetahuan
    tentang metamorfosa alam
    aku belajar dari pengalaman dan khayalan
    juga dari puisimu

    BalasHapus
  6. Betul kata Afrizal. Puisi-puisi M. Faizi "menjernihkan bahasa". Tidak bikin ruwet. Juga tidak selalu DIJUAL. Hihi....

    BalasHapus
  7. @Pangapora: Iya, tetapi juga dijual. Mari dibeli. Tunggu Oktober, ya...

    BalasHapus

* Biasakan Mengutip Sumber/Referensi
* Terima Kasih Telah Membaca/Berkomentar