09 Agustus 2009

Mengenang Rendra


Kepergian si Burung Merak, WS Rendra, Kamis 6 Agustus 2009, membuat saya teringat 14 tahun yang silam, saat untuk pertama kalianya saya berjumpa dengannya dalam sebuah acara budaya. Saya, sejujurnya, tidak mengenal banyak perihal sastraawan ini, WS Rendra. Saya hanya sekali berjabat tangan dengannya, lalu mengikuti acaranya, dalam rangka peresmian Gorong-Gorong Budaya di Sawangan, Depok. Waktu itu, saya diajak oleh Mas Jadul Maula dan Mas Mathori A. Elwa menjumpai Hasif Amini dan Sitok Srengenge. Kenangan saat itu, 2 April 1995, pada saat ini, kucoba reka-reka kembali.

“Sajak Seonggok Jagung”-nya WS Rendra adalah sajak pertama yang memperkenalkan saya dengan beliau. Saya sangat terkesan dengan sajak ini, meskipun sebelumnya juga pernah terbuai dengan “Rick dari Corona” semasa SLTA.

Sajak ini melukiskan alienasi, potret manusia yang terasing, atau sengaja menjauh, dari lingkungannya. Saya melihat, dan bahkan turut merasakan, betapa para mahasiswa seperti saya, di kala itu, akan punya perasaan aneh campur sedih semacam “Sajak Seonggok Jagung” ini, jika direnungkan. Maka, dengan sangat mantap saya katakan, bahwa puisi tersebut kemudian membuat saya terinspirasi untuk menulis puisi “Bila Aku Pulang Nanti” berikut ini (yang dsaya tulis beberapa bulan sebelum pertemaun itu).



BILA AKU PULANG NANTI

—salam hormat untuk W.S. Rendra


Bila kelak aku kembali

setelah lulus menjadi sarjana

apa yang akan aku berikan

jika anak-anak itu menyambutku

dengan senyum polos

meminta bercerita tentang kota

kampus dan mahasiswa?


Kalau aku pulang nanti

apa yang akan aku berikan

jika yang mereka pinta

bukan toga dan skripsi

bukan catatan dan diktat

yang terarsip rapi?


Jika aku pulang nanti

dengan sekoper piagam

dan makalah-makalah seminar

apa yang akan aku berikan

jika yang mereka pinta bukanlah gelar?


Setelah aku pulang nanti

tiba di kampung halaman

dengan perasaan berbunga-bunga

apa yang mesti aku katakan

jika telah habis

apa yang harus kukatakan

jika harus belajar lagi

apa yang akan dikatakan?


10/1994

6 komentar:

  1. masya alloh...moga baiklah esok hari....^_^

    BalasHapus
  2. Semoga... dan harus lebih baik..

    BalasHapus
  3. terlanjur terang,,,sedalam apapun kau merunduk,tetaplah!q takut mengenalmu,tp q mau!salam ingin kenal dari penakut...

    BalasHapus
  4. Anonim benar-benar anonim. makasih sudah berkomentar!

    BalasHapus

* Biasakan Mengutip Sumber/Referensi
* Terima Kasih Telah Membaca/Berkomentar