Lirisme itu mendayu, tetapi gagah
lirisme itu menyayat, tetapi nikmat
saya pun turut, larut, dan juga menulis 'ala wazni lirisme, tetapi sesekali slengekan dan sembarang, meletup dan wajib pula tertuang:
KISAH PAK MADI, BUDI,
DAN KANCIL YANG SUKA MENCURI TIMUN
Kerbau Pak Madi ada tiga ekor
dari dulu, hanya tiga ekor
Budi anak Pak Madi
masuk perguruan tinggi favorit
seekor kerbau keluar kandang
modal pintar ternyata cukup mahal
Pak Madi membanggakan Budi
seperti ia mengandalkan kerbaunya
ia rela membayar mahal, demi fasilitas
buat apa biaya minim
tetapi sarana serbamiskin?
Pak Madi berbahagia
Budi sukses meraih beasiswa
lulus dan langsung bekerja
karena sangat pintar
Budi dilamar perusahaan multinasional
Kini Pak Madi buka usaha baru
tandur palawija, menanam mentimun
tapi sayang, ada kancil yang selalu mencurinya
Pak Madi seorang diri, tak mampu menjaga taninya
sementara Budi berda di luar negeri
sebab terlalu pintar, ia tak dapat membantu ayahnya
orang pintar selalu jadi komoditas non-migas
karena itu, Budi lebih bangga jadi Eropa
dari pada punya KTP Indonesia
dan karena itu,
ia bahagia bersama anak-bininya di
Kerbau Pak Madi tiada lagi
mentimun pun habis sama sekali
kancil yang cerdik dan pintar mencuri
atau Pak Madi yang bodoh dan mudah dikibuli?
Oh, pendidikanku
mencetak siswa pinter seperti kancil,
nanti kepinteren, malah meminteri
seharusnya, pendidikan menanamkan moral
karena moral adalah modal
dan kancil tidak mau mencuri moral
ia hanya suka mencuri timun
4/2/2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
* Biasakan Mengutip Sumber/Referensi
* Terima Kasih Telah Membaca/Berkomentar