01 Februari 2008
Rumah Bersama
PERMAISURI MALAMKU
Kerlip mata malammu
jumpalitan jatuh ke cahaya mukaku
Kita memang tidak saling bersama
sebab ruang tempat aku duduk
di balik meja melihat cakrawala
begitu jauh pada batas dimensimu
kita, sama-sama benda yang hidup
tapi berbeda dalam pengertiannya
Di sini, aku telentang sendiri
menatapmu, pendar-pendar kristal bertabur
yang indah karena berserakan
kelipnya, jumpalitan bintang-bintang di sana
aku menakar batas akhir kemampuanku
menjangkau sumber cahaya
Malam membangunkanku
pada kehendak membuat perhitungan
antara gelap dan kebekuan
atau siang dan kecemasan
lalu kutulis sebuah surat untukmu:
malam adalah matahari terbenam
meski tak sungguh-sungguh terbenam
Maka, kedip matamu
ribuan bintang, jumpalitan dalam sekejap
dan aku segera menghitung nasib
memang benar, kita tidak bisa bersama
bagiku ruang, bagimu waktu
Kujulurkan jemari
menangkap dengan tangkup
berdebar dalam takut
hujan bintang-bintang
ke halaman luas mimpiku
menghamburkanmu ke serambi tidurku
aku menghitung-hitung saat
berbagi dua dengan waktu
menjadi satu dengan malammu
dalam ingatan yang tak lengkap
saat cahaya bermakna bagi gelap
dan kubiarkan sepi melukaiku:
butuh perih untuk menghargai nikmat
Permaisuri malamku
selalu datang dengan tanpa kehadiran
dalam rentang yang tak terjangkau pandang
karena jarak yang menghubungkan aku denganmu
semata patahan-patahan garis
yang tak henti-hentinya digabungkan
dalam sebuah pengandaian
27/06/2006
BERJALAN DI MALAM HARI
Gemersik pikiran
melayang-layang
menimbuni kesadaranku, satu-satu
berjalan di malam hari
perjalanan magrib menuju pagi
Malam melepas penat
menelungkup di perut waktu, rehat
Malam, mengulur gelap dan sunyi
igauan pemimpi yang tandas
meneguk anggur mandam kepayang lelap
kuli waktu, setiap detik dalam 24 jam
melipatgandakan kesempatannya
malam, beribu kilometer berjarak
pada tapak kaki menjejak
bergegas, merencanakan cita-cita hidup di dunia:
bekerja, dan tak henti-hentinya bekerja
Lengang, menuju pagi
titik embun mengeras
molekul jam menetas
mewarnai wangi dan buram dini hari
seseorang yang bertahan hidup
hanya karena tegar mencari kayu
menguji kesetiaannya sebelum pagi
pada ujung lalang yang menusuk kaki
Pikiran terus melayang, luruh
bersinggung dengan diri yang gaduh
di manakah tenangmu disimpan?
apakah pada sajadah di pijakan kaki
hingga aku limbung saat berdiri?
Gelisah dalam pikiran
kantuk dalam pikiran
sakit dan sendiri dalam pikiran
mencapai-capai tak sampai
di mana subuhmu tersimpan?
Gelap di luar, terang di dalam
wujudku pecah menjadi dua:
diri yang diam, diri yang berjalan
satu dalam ruang
yang lainnya menjelajahi
jengkal demi jengkal ingatan
mengukur jarak antara siang dan malam
sepanjang aku sampai tak mampu
mencapai titik pertemuan cipta
saat gelap berjumpa cahaya
28/06/2006
RUSUK LANGIT LANCARAN
Juli menyeka keningnya
keringat musim yang ditinggal dingin
berbulir, seperti bintang kemukus
memerciki ladang-ladang tembakau
lalu, langit hilang warna dasarnya
Rusuk langit Lancaran, sebelah kanan
patah oleh hempasan musim
kemarau, kemarau
engkau membara di dalam pikiran
tetapi seperti pandai besi menempa nasibnya
di situlah percik api hidup kami dinyalakan
Rusuk-rusuk langit berpentalan
berserakan di lahan tandus
di mana air dan nyawa
nyaris berimbang dalam selisih harga
lalu, burung-burung gagak itu
datang mengumumkan kecemasan
melayang-layang dari semua penjuru angin
membekukan ketakutan kami untuk ingin
mereka merabunkan mata
agar kuat mengisap udara
Rusuk langit bulan Juli, Lancaran
kubacakan untuknya mantra-mantra
agar para peneluh dari masa silam
berduyun-duyun mengembalikan sejarah
yang hilang dicuri cuaca
Lihatlah, ke langit yang lampang
ada luka besar, berlubang
kini, kita bebas melihat
bagaimana langit menghirup
udara bumi kami yang mulai berkarat
menggumpal, lalu jadilah hujan keringat
untuk memandikan jenazah para petani:
pahlawan yang dikubur di luar ingatan
11/07/2006
SEJENGKAL LAGI MENYENTUH LANGIT
Jentik petir
jemari langit
yang menggigil
saat menghunjam titik nadir
menggetarkan keberadaanku
sebagai manusia yang selalu berpikir
melalui panas dan dingin
Sepanjang musim, sepanjang hidup
langit-bumi bertukar kabar
tentang keinginan-keinginan manusia
Dari bumi,
kujentikkan jemari ke langit
mencari napas nenek moyang
yang pergi untuk melupakan batas-ruang
Dari langit,
petir menusuk ke sebalik bumi
menjentik syahwat di tanah maksiat
yang menjadi kerak di dalam otak
Malam, sejengkal lagi pagi
hidup, sejengkal lagi mati
dan, hup, bismillah kubaca
aku melambung, pulang ke rumahku
bersama petir kembali ke angkasa
sampai sejengkal lagi menyentuh langit
biar dapat kulihat dunia
lebih kecil dari yang semestinya
22/06/2006
DI BUMI TAK ADA LAGI RAHASIA
Bumi
rumah sekalian kami
adalah bayangan
yang batasnya akan raib
saat sumber cahaya dipadamkan
Dan, rahasia-rahasia tak ada lagi di sini
yang bergerak dalam pikiran
yang berdetak dalam hati
saling dicuri dan diperjualbelikan
Rahasia-rahasia menyingkir
dari muka bumi ini
yang sakral dan profan
yang maya dan nyata
semakin tipis batas nilainya
Di sini tak ada lagi rahasia
hanya di langit, rahasia Tuhan tetap terkunci
sedangkan di bumi,
berharap sembunyi pada puisi
21/07/2006
PATAPAN-NUSANTARA
Ke lengkung langit timur
tengah malam, saat jemari para pahlawan
mengusap ubun-ubun Nusantara di muka bumi
ujung gerigi ulir bintang mengukir
gugusan rejang rajah tapak kaki peziarah
aku datang, Patapan
pejalan ribuan mil ke tanah silam
Aku dan masa lalumu:
berbaring, beradu punggung di hening pucuk tidur
agar dalam mata yang sama-sama mengatup
ada titik yang sama-sama dipandang, kegelapan
meski bunga mimpi tak sama saat menguncup
Berjalan di pematang-pematang kertas
yang berdenyar oleh tinta sajak-sajakmu
kurasakan tapak kaki melesak, jejak berkerak
ujung apakah namanya
bagi pengembara yang lupa langkah kakinya?
engkau membacakan kitab hayat bait terakhir:
batas apakah namanya, jika gerak adalah berpikir?
Doa lengang para pertapa
mengangkut bermilyar kubik debu
bersamaku, tiba di selasarmu:
oh, lama nian tak ada tamu
Aku dan mata sembab kesedihanmu:
seperti tembarau dan rumput gelagah
menyuling embun surgawi dari pancuran langit
serupa lidah sidang fakir saat mencecap ludah
lumpuh dan tabah, tapi tak mau jika harus menadah
namun aku kecut takut bersama jerit
sementara engkau tegar menantang sakit
Hidup derana di negeri gemah ripah loh jinawi
tentu tidak seperti degup majas di dalam puisi
karenanya, Nusantara harus dipetakan kembali
agar masa lalu dan mata sembab kesedihanmu
menjadi ibukota seluruh fakir-miskin rakyatnya
di dataran tinggi keinginan para pahlawan
yang tak terkabul karena tamak-loba manusia
Jadilah yang tertinggi, Patapan
sebab hanya di tempat yang tertinggi
semburat cahaya sempana langit Nusantara
tiba pertama kali di muka bumi
09/2006
CANDIN-MANDANGIN
Diterbangkan oleh angin gending
melayang-layang di atas buih
untuk mengunjungi seorang kawan
yang bertapa mencari napas Bangsacara
di Gili Mandangin
di bawah purnama gemilang
dengan kepungan awan putih ledang
Di sini, di pulau yang diterbangkan angin
nyaliku habis oleh tunggu
karena harus pulang
sebelum bunga-bunga laut merekah
padahal, ia hanya sekali
dalam lama dan panjang penantian
Seperti seorang pelaut
yang berlayar lalu pulang dengan tangkapan
tiba-tiba aku ingat sesuatu
yang menghabiskan semua niat
untuk bertahan:
seorang Ragapadmi
dengan kesendirian sebagai kecantikannya
07/10/2006
WARNA LAUT
Memasuki Tanglok
dengan sesuap kecut dalam ucap
membawa degup laut ke darat
degup rindu menjelang sekarat
aku akan tiba di hatimu kembali
dengan selamat
Pelayar, alangkah gagah
bukan karena laut yang tak bertepi
tetapi karena aroma matahari
di dalam tiap tarikan napasnya
terasa berbumbu, kuat sekali
Sungguh, aku tak benar-benar ingin
melukiskan perjalanan itu sekarang
sebab cerita tentang warna laut
tak akan sepenuhnya utuh
andai kuceritakan ia kembali di darat
08/10/2006
SUMPAH PENYAIR
Hari ini, aku pergi mengembara
mencari kembali rumah bahasa
Kata-kata berdesing, di jalanan
membawa kisah veteran
yang bertahan hidup melawan lupa
dan para penyair yang takut
pada hantu-hantu pikiran
mematuk khayalnya
berusaha melupakan kenyataan
Hari ini, aku memohon ampun
atas lacur bahasa yang hancur
sebab merendahkan leluri leluhur
Hari ini, aku kembali pulang
ke rumah yang lama kutinggalakan
rumah rumpun bahasa ratusan
rumah bersama suku berinda
sampai aku benar-benar jadi tua
mengatak kata-kata
Penyair yang tak berdaya
menguapkan cinta dan citra tanah air
kapankah nikmat menggubah syair
agar seluruh kata menyebut Allah
dalam berdzikir?
Hari ini, aku pulang ke rumah bijana
pulang ke rumah kita:
Bahasa Indonesia
28/10/2006
SALAM UNTUK PENYAIR
Aku berlindung dari silap kelih penyair
yang melihat sembilu seperti belati
karena pandangannya adalah “seperti”
Aku berlindung dari khayal penyair
yang mabuk mandam sajak-sajaknya
lalu mengatakan separuh puisi
dan menyimpannya separuh lagi
Aku berlindung dari sajak penyair
yang menyepuh hak kepada batil
karena kebenaran yang disamarkan
pada majas menipu tafsir
Aku berlindung kepada Allah
yang melaungkan jalan pulang
bagi puisi di rimba bahasa
menulis sekarang untuk esok dan lusa
membaca yang fana untuk yang baka
Jika hidupnya sebatas usia
tentu dia bukan penyair
karena kata dalam sajak
selalu habis di ujung larik bait terakhir
(bersambung…)
8-10/2006
SURGA DUNIA
Surga adalah kehendak
dan dunia adalah keterbatasannya
Surga dunia, fuh!
sajak indah persebalikan
sumpah serapah yang terkabulkan
Rentang, di saat satelit memangkas jarak
akal, di saat komputer menggantikan otak
akhirnya, kehendak terbatas
pada ketakterbatasannya
Surga dunia
dan sajak persebalikan itu adalah:
bukan lautan, hanya kolam lumpur
tak ada perang, gempa pun jadi
rakyat terdidik, menipu kian cerdik
Kehendak yang tak terbatas itu
oh, surga dunia
siapakah yang benar-benar ingin hidup
untuk selama-lamanya?
12/01/2007
‘ALA WAZNI
Namanya pen-ja-hat,
dengan alasan sering tertangkap
nama diganti dengan yang lain
kadang koruptor, kadang maling
nama lama diduga tak sehat
sebab mengandung huruf ‘illat
Demi membuang faktor sial
dan menaikkan nilai jual
sebuah nama perlu diganti
walaupun tetap sama arti
penodong dan penjilat sama jahat
beda teganya
perampok dan koruptor sama kotor
beda nyalinya
kalau saja kepergok petugas
akan menerima terapi penjara
meskipun tak sama rawat inapnya
Ganti nama, mentalnya sama
ganti naskah, lakonnya sama
Dari satu akar kata
nama dibentuk aneka rupa
perampok, koruptor, penodong, penjilat
matra wazan-nya pasti punya nilai cacat
jika ditasrif selalu mengandung huruf ‘illat
‘ala wazni pen-ja-hat
16/6/2005
MATTALI DAN MARKOYA
Sekali ini, perkenankan diriku
menyampaikan kembali cercaan mereka
yang membenci karena kita dianggap beda
Engkau yang gagah dan kekar
mereka bilang selalu tertinggal
kalian yang cantik tanpa kosmetik
kata mereka norak saat berdandan
Oh, kejam betul mereka menilai
apalagi bila kita semakin dipojokkan:
menghamburkan duit untuk jajan
tetapi pelit untuk urusan keilmuan
Mattali-Mattali zaman sekarang
bercita-cita jadi bintang televisi
mungkin karena impresi masa muda
yang penting tenar, akibat urusan balakangan
lupa pada kisah Kurt Cobain
yang tak tahan menanggung namanya
karena popularitas yang sangat cepat
menyulap hidup berubah 180 derajat
atau John Lennon yang mati dibedil fansnya
dia yang dulu ketika jaya
mengaku lebih terkenal daripada tuhannya
Markoya-Markoya zaman sekarang
mengidolakan Britney dan Agnes Monica
bukan pada Aisyah atau Khadijah
lebih kenal Florence Nightingale
daripada Laila al-Ghaffariyah
kini, mereka tidak pemalu seperti dulu
sebab gaul, nonton sinetron, dan juga maju
tapi sayangnya, bila datang si hidung belang
dengan busa di mulut dan jurus gombal maut
Markoya sekarang ternyata lebih mudah ditipu
Taretan Maduraku!
atas dakwaan mereka
aku sakit hati tak bisa menerima
aku tak mau bangsaku dianggap nomer dua
tapi yang bikin lebih sakit hati
saat aku berjumpa dengan mereka
berbangga-banga mengaku lainnya
karena minder kalau mengaku orang Madura!
Taretan Maduraku!
kalau kalian mau sekuler-sekuleran
sudah keduluan Perancis
dan kalau mau sombong-sombongan
selalu kalah pada Amrik
lalu, mengapa harus menjadi orang lain
jika bisa menjadi diri sendiri?
Mattali dan Markoya-ku
mohon maaf jika ini kauanggap petuah
sebab ini puisi, bukan khotbah
hanya karena aku merasa tak tahan
jika anggota keluarga besarku disepelekan
agar tak jadi genus terakhir sebelum punah
lalu Madura terhapus dari kitab sejarah
Taretan Maduraku!
sekali ini ada baiknya kita bertanya:
jika Arab punya Yasser Arafat
dan Afrika punya Nelson Mandella
lalu, Madura melahirkanmu sebagai apa?
27/8/2005
‘ala wazni, secara harfiah, berarti “sama dengan…”. Di dalam Ilmu Tashrif (sistem perubahan bentuk kata; konjugasi) ‘ala wazni digunakan untuk menimbang suatu kata pada kata dasar acuannya (wazan).
Mattali dan Markoya adalah sebagian nama tokoh di dalam drama radio yang disiarkan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Stasiun Sumenep (Madura). Drama radio ini sangat populer sejak tahun 1980-an.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
senangnya hatiku....hilang panas demamku.....karena ada sareyang oh sareyang....
BalasHapus(sambil niru lagu iklan inzana ke....)
ngeblog di wordpress aja kak, lebih seru dan kulitnya lebih mulus...
BalasHapusini punya saya yang di wordpress:
www.wazeen.wordpress.com
terima kasih atas komentarnya.
BalasHapusselamat atas lahirnya princess mini. tapi katanya sih mirip dengan ibundanya, terus apanya dong yang mirip bapaknya?
ngereng ke berri' terros se anyar, ma' olle ramme...
BalasHapusenhidayat.multiply.com
tidak ada yang lebih menyenabgkan selain melihat faizi gemuk
BalasHapusbha...............tore ke....komentarra ca-kanca neka balesagi........olle tak celo'...hehehe....
BalasHapusTrims atas komentarnya pada Kabhar Madhura di http://kabharmadhura.blogspot.com
BalasHapusSaya juga sudah melihat blog Anda. Hanya ada satu kata: menarik. Kalau punya puisi dalam bahasa Madura, bisa saya tayangkan di Kabhar Madhura. Kirim dengan e-mail ke iskzkarnain@yahoo.co.id
Thx
dha' ca-kanca sadhaja ngereng bukka' e:
BalasHapusenhidayat.blogspot.com
otaba
enhidayat.multiply.com
pas terros berri komentar...
Puisi adalah bunga-bunga di hutan sejarah.
BalasHapusJika nanti malaikat kubur bertanya: "Apa Kiblatmu?" Jawab saja: "Rumah Bersama!"
"Sapah Nabimu?" Jawab saja: "Sareyang!"
"Opo Merk Rokokmu?" Yeee jawab ajeee: "18+" (maaf, merk rokok durnoan, pak malaikat)
Ohya, salam dari Lembah Cahaya:
LELAKIMATAHARI.BLOGSPOT.COM
salam kenal paduka...ini aq Soe Marda Paranggana. selebihnya kunjungi hamba di mardajangkis.blogspot.com.
BalasHapustrim's
makasiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiih pusinya bagus banget
BalasHapusinsyaallah... tinggal tgl pastinya.
BalasHapuseh selamat atas kelahiran princess mini ya...
KOK PUNYA LORA BLOGNYA KAYAK JENDELA YANG SEDANG BOLONG. KALAU BISA BOLONGNYA ITU DITUTUPI, ATAU DIBERI BACKGROUND BIAR GAK TERKESAN BOLONG.
BalasHapusMAKASIH SUDAH MAU KASIK KOMENTAR UNTUK TAMAN KARYA SISWI MADARIS III.
ngereng eyatorna longgu
BalasHapus//hammadriyadi.blogspot.com
undangan berlaku untuk muhammad-affan (MOG) dan abdullah "aploh" sajjad (Extra Band)
yakinkan saja bahwa orang madura akan lahir jika kita siap melahirkannya....
BalasHapuspuisi-puisi sang guru memang telah menabung janin madura.
semoga tidak prematur!
mana puisi yang bungso, hehe..
BalasHapuswah lagi sibuk ngurus sikecil ya, sampe tdk sepat mbalesi. akhirnya terbukti juga kan.... he..he
BalasHapusselamat ya semoga mjd cahaya bg asa dan cita keluarga.
ozi iki erik asli banyuwangi, alumni nurja n jogja, saiki netep ning malang. inga' kan.. please see me in:http://erikrahma.blogspot.com/
thanks ya atas undangane,insyaallah nanti sy sempatkan nulis ttg penddkn, sy juga udah lihat jurnal edukasi n sabajarinx (tp tdk ada isix. sy suka puisinya, tp belum sempat kasih komentar.trus berkarya..ya. salam tuk jagoan kecilx, men or women?
BalasHapusIklan buku-buku Saudara di http://iklanbuku.co.cc geratis.
BalasHapusDan caranya sangat mudah
Kirim ke email iklanbuku@ymail.com
-Contoh Format:
-Judul buku:
-Penulis:
-ISBN:
-Tanggal Terbit:
-Cover Buku:
-Buku bisa didapatkan:isi email atau Website saudara
-Sinopsis Buku:
ngember aja sing penting kan never ending to success oke lihat aja di esbe_lubis@yahoo.com your commen
BalasHapusFaizi : antara kaos oblong dan parangkusumo
BalasHapuspuisi lugu yang diciptakan dari seorang guruku.
BalasHapussemuanya serba sah jika memaknainya dengan otak yang ibadah.
mengawali cinta untuk annuqayah.......!
pak ustad ki kanjeng alias para normal bahasa kapan hijrah ke UNISMA LAGI
BalasHapusAssalamu'alaikum tan taretan. Numpang minum sacep2. Sekalian mau minta idzin pada ra Faizi buat mengemas karyanya ke dalam bentuk aplikasi Ponsel. Salah satu yang sudah saya Aplikasi-Ponselkan silahkan lihat DISINI
BalasHapusternyata banyak sekali komentar dan saya sudah lupa untuk membalasnya. maklum, tahun 2008 lalu jarang dapat akses internet yang sehat.
BalasHapusterima kasih semua