31 Januari 2008

Puisi Baru




SURAT CINTA UNTUK MALAM


Kilatan cahaya yang berpendar
redup dan berdenyar
seperti jantungku, mengatup dan mekar
perkenalkan, aku bernama malam!

“Saya berdiri di bawah kubah langit
beradu pandang dengan polaris
zenit, inikah langitku yang puitis?
langit ibarat yang tak tersingkap
sebagai ejaan di ujung abjad

“Baiklah, saya akan bergerak menjauh
untuk membuat kesimpulan lama perjalanan
tahun cahaya semesta dalam bola mata:
kesimpulan dalam pengandaian
sebab, tugas teori hanya untuk
meremajakan akal-pikiran
agar selalu salah
dalam mengambil keputusan benar

“Saya merancang sebuah kepastian
langkah tertatih: ujicoba dan praduga
sains, saya berjalan ke arahmu
yang benar dalam kesementaraan
dan salah dalam ketegangan”

Bintang-bintang di langit
alangkah indah cahayaku
dari nadir menuju zenit
hanya sejengkal
kecil bukan pada wujudnya
tapi pada mata orang yang memandang

“Engkau mendekat dalam teropong
tapi menjauh dalam pengertian
kita bergerak; mendekat-menjauh
berpikir dalam pengandaian
berkembang dalam ketakterjangkauan
entah di galaksi mana
kebenaran kita akan saling berpapasan

“Mari kita terus beradu pandang
hingga kelak engkau dan saya sama-sama tahu
saya diciptakan untuk memahamimu
atau engkau diciptakan untuk menopang wujudku?

“Bintang-bintang di langit malam
janganlah berkedip
dan engkau tak berkesip
kalian, bermilyar-milyar mata memandang ke mari
tersenyum takjub memandang kami:
mengapa titik kecil yang berpikir itu
tak mampu mencari alasan
untuk apa gugusan cahaya raksasa ini dinyalakan!

Percik-pendar gugus bintang semesta raya
jika engkaulah alamat kebenaran
maka perkenankan,
sepanjang hidupku menjadi malam

14/08/2007


NAMA-ALIEN

Andai suatu saat kelak
engkau datang menitip jejak
di lempeng tanah tempat aku berpijak
aku tahu, tujuanmu menyatakan diri
sebagai maujud yang kunamai
yang diciptakan dan tak menciptakan diri
punya dunia-yang-dibuatkan
tapi engkau akan menjadi tidak berdaya
karena aku yang memberimu nama

Alien, oh, nama
gerangan rahasia apakah di balik nama
dan penamaan atas benda-benda tercipta?

Sesungguhnya,
kekuatanku adalah memberi nama
karena penamaan adalah penemuan
aku tak menciptakan dari ketiadaan
hanya memberi nama sebagai ingatan

Insan, oh, lupa
lalu jadilah objek penamaan
karena engkau tak menamaiku
padahal, akulah subjek yang pelupa
memberi nama banyak benda
itulah kekuatanku
setelah itu, segera melupakannya
dan itulah kemuliaanku

Alien, ayo, namai aku
insan, subjek maha-alpa
sejuta ilmu
semilyar lupa

14/08/2007


VIRUS

Selamat datang
ini dataku, duniamu!
sistemku bergerak
giga dan terra berderak
tetapi, ia tidak bisa berpikir
si imun atau si badi tiada beda
sepanjang engkau serupa dirinya

Setiap kali aku memindaimu
engkau selalu menjadi diriku
aku tak kenal-kenal
“tak diundang, tapi selalu bertamu’

Petani membajak sawah
lanun membajak laut
aku membajak software
aku menciptakanmu
engkau digdaya, aku perdaya
tapi engkau menundukkanku
engkau culas, aku manja

Hmmm, aku tak kenal ciptaanku sendiri
ah, genit benar sampeyan

Duhai tuan yang tidak begitu pintar
scan completed,
no virus(es) found on your computer, kan?

1/05/2007


NAMAKU MALAM

Namaku malam
kepingan waktu yang membentuk subuh
engkau fajar, merah ditempa matahari

Siang, apa yang mereka cari?
tak ada, selain cahaya
hingga yang hilang didapatkannya
hingga rahasia menjadi terbuka

Kita duduk beradu punggung
menghadap barat-timur
lalu, kita sama-sama berucap
“ingin rasanya kita bisa saling menghadap!”

Lalu, di manakah kelabu dan temaram?
tidak, namaku hanya malam
engkau tak bisa memanggilku di luar itu
yang satu tidak dapat menatap lainnya
sebagaimana ‘tahu’ dan ‘tidak tahu’
tak ada tempat untuk duduk bersama

21/09/2007


RU’YATUL HILAL

Hilal
mengapung di antara dua kutub berketegangan
lalu tenggelam
di dalam satu keraguan

Hilal,
bulan sabit mengiris langit
untuk membelah jadi dua
sekerat buat mata
sekerat lagi untuk angka

Ru’yatul hilal
mengapung lalu tenggelam
di dalam dua kubangan
angka dan pandangan

Fana, fana, fana
sebab yang baka
hanyalah untuk Yang Esa

28/09/2007


ULAR-TANGGA

Kocok-kocok-kocok, lemparkan dadunya
jika bagus, naiki tangga, naik tahta
nasib buruk, ikuti ularnya

Saya suka tangga, tak suka ularnya
saya mau puncak, tak mau dasarnya
saya ingin sukses, tak mau kerjanya
bisa? bisa saja!

Kocok-kocok-kocok, mainkan ular-tangga
tapi permainan ini tak cocok
untuk orang dewasa
karena tak perlu akal-akalan
kalau ingin kaya cepat
pakailah otak atau tipu muslihat

Aha, lebih baik main monopoli saja
kalian, lemparkan dadu
saya tunggu di kotak “kesempatan”
mumpung saya lagi dapat kartu
“dibesakan dari penjara.”

1/10/2007

2 komentar:

  1. puisi-puisi Anda yang anyar ini tampak gagah sekali. dari bait ke bait bagai menampar pipi jantungku, seperti hempasan gelombang badai, kemudian disahuti koak-koak burung pantai, memekakkan kupingku, menerobos langsung dalam lecutan ruh ke kubur jiwa ini. banget jantan sekali: maskulin!
    Nah, ini baru namanya oreng madhura, k.faizi!
    saya iri dengan ajuman kata yang padat nan tangkas ini. akan tetapi, mengapa saya jadi ingat sajak Jante Arkidam-nya Ajib Rosidi? Dan beberapa bait yang mendamparkan saya pada sajak Gus Mus, juga sedikit Rendra. Oho... adakah engkau telah dihipnotis mereka?
    Oh, tidak! sebab anda punya karakter sendiri. yang mana kalau saya teliti lagi, kesan 'ngibul', 'hawa sederhana', 'nuansa lokal', masih menyeruap puisi-puisi Anda seperti kue Olet di pasar Lenteng, itulah khas Anda.

    (perlu diketahui: saya bukan penyair atawa kritikus. saya hanyalah santri desa yang selalu sok tahu. padahal hakekatku adalah ANAK KAMPUNG... ohya, sekarang giliran Anda menjuri puisi2 saya di blog saya)

    "cape deh..."

    BalasHapus
  2. Duh, maaf, komentarnya baru diketemukan, ha...ha...ha...
    Edu, mole... duli kah....

    BalasHapus

* Biasakan Mengutip Sumber/Referensi
* Terima Kasih Telah Membaca/Berkomentar