01 Maret 2020

Menerjemahkan Puisi (Arab) Bermetrum



ثَلاَثَةٌ تُشرقُ الدُّنيَا بِبَهْجَتهَا # شَمْس الضحىَ وكامُودانْ كامُو والقَمَرُ
Tiga ihwal yang bikin dunia terang gemilang # matahari pagi, kamu, dan juga bulan purnama

Ini adalah puisi plesetan, bukan “iqtibas” karena yang dikutip nyaris utuh dan saya hanya mengganti frasa Abu Ishaq ke “kamu dan kamu”. Larik puisi asli karya "Muhammad Bin Wahib", menggunakan metrum Bahrul Basith. Ini adalah puisi madah, pujian untuk Al-Mu'tashim Billah.

Robert Frost tidak yakin puisi bisa diterjemahkan, sebab watak bahasa sumber dan bahasa sasaran yang (jauh) berbeda (seperti rumpun Semit dan non-Semit) akan mereduksi banyak hal di dalamnya. Maka, jika sebuah puisi terpaksa harus diterjemahkan, yang harus dilakukan adalah menjaga unsur-unsur dasar seketat mungkin agar tetap serupa atau berdekatan, seperti bunyi akhir atau rima serta ‘scansion’ atau taqthi'-nya (jika puisi tersebut menggunakan metrum tertentu) sehingga pemenggalan suku kata versi terjemahannya bisa sangat mirip dengan versi aslinya.

ثَلاَثَةٌ تُشرقُ الدُّنيَا بِبَهْجَتهَا
(فَاعِلُنْ) (مُسْتَـفْعِلُنْ) (فَاعِلُنْ) (مُسْتَـفْعِلُنْ)
(tiga ihwal) - (yang bikin) - (dun-ya terang) - (gemilang)

Namun, jika puisi tidak ketat dalam metrumnya, maka sekurangnya kita bisa menerjemahkan bentuk atau polanya. Berikut adalah contoh puisi rubaiyat Omar al-Khayyam yang ditulis dalam bahasa Persia tapi diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab oleh Ahmad Ramy dan diindonesiakan oleh saya (M. Faizi). Karena pola puisi adalah kuatrin, yakni empat larik dalam satu bait dengan sistem perimaan A-A-B-A, maka yang saya lakukan adalah menyamakan rima akhirnya, menjadi A-A-B-A juga. Inilah contoh penggalan puisinya.

أفِقْ خَفيفَ الظِلِ هذا السَحَر
نادى دَعِ النومَ وناغِ الوَتَر
فما أطالَ النومُ عُمرأ
ولا قَصَرَ في الأعمارَ طولُ السَهَر
Bangunlah, wahai si lena, di tengah malam gulita
Bangun, tinggalkan tidur, sapalah yang Esa
Sebab tidur tak akan memperpanjang umur
Demikian juga ia tak akan mengurangi usia

Bahar-bahar dalam bahasa Arab itu ada rujukannya. Salah satu bahar yang populer adalah bahar basith sebagaimana diterapkan pada puisi contoh di awal. Konon, inspirasi Bahar Basith sendiri berasal dari penggalan ayat Alquran Surah Al-Ahqaf, ayat 25, yang berbunyi: فَأَصْبَحُوا لَا يُرَىٰ إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ. Metrum ini biasa digunakan untuk syiir pujian, seperti Burdah Al-Bushiri, beda dengan bahar rajaz yang biasanya digunakan untuk nazam (puisi tapi digunakan untuk konten pelajaran). Jadi, metrum juga memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri.

Kembali ke masalah penerjemahan puisi, utamanya untuk puisi bahasa Arab, lebih-lebih puisi terikat atau syiir yang menggunakan bahar, maka cara menerjemahkannya upayakan agar proses penerjemahannya juga menjaga pemenggalan kata agar bisa sesuai dan pas dengan sumber aslinya, sekurang-kurangnya agar ketika dibaca dan dilagukan dengan metrum yang digunakan menjadi pas. Sebab, dalam puisi terikat dan bermetrum itu, puisi tidak semata-mata hanya dinilai berdasarkan diksi dan rima, tapi juga mempertimbangkan unsur musikalitasnya.

Mari kita lihat terjemahan Burdah pada bagian awal. Kita terjemahkan dulu secara agak longgar, yakni hanya 'sekadar' menyamakan akhiran bunyinya saja. Seperti ini contohnya

أمِنْ تَذَكُّرِ جِيران بِذِي سَلَمٍ # مَزَجْتَ دَمْعاً جَرَى مِنْ مُقْلَةٍ بِدَمِ
Apakah karena ingat seorang kawan dari Dzi Salam
sehingga air mata dengan darah engkau menguli?
 
أمْ هَبَّتْ الريحُ مِنْ تِلْقاءِ كاظِمَةٍ # وأوْمَضَ البَرْقُ فِي الظلْماءِ مِنْ إضَمِ
Ataukah karena hembusan angin dari Kazimah,
atau sebab denyaran kilat dalam gelap dari oase Idami?

فما لِعَيْنَيْكَ إنْ قُلْتَ اكْفُفاهَمَتا # وَما لِقَلْبِكَ إنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ يَهِمِ
Mengapa matamu itu, yang ketika kautagak, ia menangis?
Mengapa pula hatimu, yang ketika kaubujuk, ia tetap jeri?

أَيَحْسَبُ الصَّبُّ أنَّ الحُبَّ مُنْكتِمٌ # ما بَيْنَ مُنْسَجِمٍ منهُ ومُضْطَرِمِ
Adakah si pencinta menduga bahwa cinta terselubung
di antara cucuran air mata dan bergejolaknya hati?

Akan tetapi, apabila kita mau lebih serius lagi, maka kita dapat memperketat terjemahannnya sehingga ia bisa menyejajari (meskipun itu tidak mungkin) dengan sumber asalnya. Paling tidak, kita juga menggunakan pemotongan kata (scansion) atau taqthi' dalam arudl sehingga jumlah suku kata dalam bahasa Indonesia juga sama dengan jumlah suku kata dalam Bahasa Arab. Dalam kasus bahar basith ini, jumlahnya adalah 14. Mari diperhatikan. 


أمِنْ تَذَكُّرِ جِيران بِذِي سَلَمٍ # مَزَجْتَ دَمْعاً جَرَى مِنْ مُقْلَةٍ بِدَمِ
Apakah kar/na ingat/ sorang kawan/ Dzi Salam
hingga air/ matamu/ dengan darah/ di-uli?

أمْ هَبَّتْ الريحُ مِنْ تِلْقاءِ كاظِمَةٍ # وأوْمَضَ البَرْقُ فِي الظلْماءِ مِنْ إضَمِ
Atau karna/ hembusan/ angin dari/ Kazimah,
atau denya/ran kilat/ dalam gelap/ Idami?

فما لِعَيْنَيْكَ إنْ قُلْتَ اكْفُفاهَمَتا # وَما لِقَلْبِكَ إنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ يَهِمِ
Mengapa ma/tamu kau/tagak tetap/ menangis?
Juga hati/ kaubujuk/ tapi tetap/lah jeri?

أَيَحْسَبُ الصَّبُّ أنَّ الحُبَّ مُنْكتِمٌ # ما بَيْنَ مُنْسَجِمٍ منهُ ومُضْطَرِمِ
Adakah pen/cinta men/duga cinta/ tersaput
di antara/ tangisan/ dan gejolak/nya hati?

Dalam kasus penerjemahan 14 suku kata di atas agar sesuai dengan bahar, memang ada kesan 'dipaksakan'. Tapi, memang hanya dengan cara seperti itu kalau kita mau terlalu ngotot agar terjemahan semirip mungkin dengana aslinya. Meskipun itu tidak akan pernah benar-benar tercapai, paling kita tidak telah berusaha secara maksimal.  

Demikianlah salah satu gambaran penerjemahan puisi itu, sesuatu---yang menurut Robert Frost--tidak akan pernah mungkin terjadi. Sungguh, nerjemahkan puisi itu sulit, mau menerbitkannya juga sulit, giliran mau dijual, dengan mudahnya diminta oleh teman-teman sendiri. Terima saja, begitulah nasib buku puisi di sini.

5 komentar:

  1. Ustadz bisa minta file puisi dari Ahmad ramy Ferdi lengkapnya?

    BalasHapus
  2. Subhanallah hingga terjemahan tertaqti dengan rapi

    BalasHapus
  3. إلهي لســت للتـــزويج أهلا
    و لا أقوى على العزب الأليم

    فهب لي زوجة و اكشف غمومي
    فإنـــك كاشـــف الغـــم العظـيم

    Sulit kiai mau pkk terjemah yang nge pas ke wazan 😁😁

    BalasHapus

* Biasakan Mengutip Sumber/Referensi
* Terima Kasih Telah Membaca/Berkomentar